Namanya
memang indah. Secanatik wajahnya. Sesuai dengan panggilannya Ummu
Jamil. Seornag wanita yang cantik, itulah arti dari nama ini. Secara
dhahir, ia memang cantik. Orang-orang pun mengakuinya, hingga ia
dipanggil dengan Ummu Jamil.
Kecantikan
lahiriah itu tidak bermakna, bila tidak disertai kelembutan hati. Kala
berhati culas, busuk dan penuh dengan angkara. Sebaliknya mereka adalah
pecundang. Dan Ummu Jamil menjadi contoh yang tak layak ditiru.
Ia
seorang wanita cantik, istri seorang pembesar. Abu lahab adalah
suaminya, terlahir dari keluarga bangsaawan, Ummayyah bin Khalaf. Tapi
semua itu tidak cukup untuk mengangkat derajatnya disisi Allah.
Sebaliknya, Al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa sang wanita
cantik ini menjadi kerak neraka bersama suaminya. Hal itu tertuang dalam
surat Al-Lahab.
Karena
hatinya yang tidak secantik wajahnya. Kedudukannya yang mulia ditengah
kaumnya, tidak mengantarkannya menjadi seorang pengikut dakwah. Justru
kehormatan itu membawanya menjadi orang yang sombong dan mau menang
sendiri.
Lihat kisah dibalik sebutan Al-Qur’an ‘pembawa kayu bakar’ kepadanya. Bukan karena ia bergelut di bisnis
kayu. Tapi lebih disebabkan perilaku jahatnya. Kala malam menjelang, ia
menaburkan duri dijalanan yang biasa dilewati Rasullullah saw.
Abu
lahab dan Ummu jamil, memang pasangan serasi, satu kata, satu
perbuatan. Tapi saying, keduanya sepakat dilembah hitam, sebagai
penentang utama dakwah Rasulullah saw. Sedemikian besar perlawanan
meraka, hingga Allah swt menurunkan saatu surat yang khusus membicarakan mereka berdua. Surat Al-Lahab yang berisi akhir perjalanan hidup keduanya.
Alih-alih
menjadikan ancaman itu sebagai awal perbaikan diri, Ummu jamil justru
semakin besar kepala. Ia mendatangi Abu baker yang saat itu bersama
Rasullullah. Melihat kehadiran Ummu jamil, Abu bakar menyarankan
Rasulullah untuk bersembunyi. Rasulullah tidak kemana-mana, ia tetap
saja disamping Abu bakar. Karena Rasulullah yakin dengan pertolongan
Allah, bahwa Ummu jamil tidak akan melihatnya.
Benar
saja Ummu jamil dating. “Hai, Abu Bakar, shabatmu telah menghujatku,”
katanya sewot.. dengan tenang, Abu Bakar menjawab bahwa apa yang
disampaikan Rasulullah itu adalah wahyu, Rasulullah mengatakan begitu,
kenyataannya memang demikian. Ummu jamil pun balik dengan kesal.
“Dia
tidak melihatmu,” kata Abu bakar kepada Rasulullah. “Malaikat
senantiasa melindungiku (dari pandangannya) hingga ia pergi,” kata
Rasulullah.
Ummu
tidak sedang bermasalah dengan matanya. Artinya, ia sehat-sehat saja.
Ia bisa melihat Abu bakar. Logikanya, ia juga bisa melihat Rasulullah
saw. Disinilah kekuasaan Ilahi berperan. Allah swt mengutus malaikat
agar melindungi Rasulullah saw dari pandangan mata Ummu jamil. Bukan jin
ynag diutus Allah.
Belajar
dari kisah Ummu jamil, tidak seharusnya kita tertipu dari penampilan
lahir seseorang.kecantikan luar, bukan jaminan kebaikan budi pekertinya.
Lebih dari itu, seorang wanita tidak harus selalu mengekor kepada suami
bila suami bersalah. Justru ia harus berani mengingatkan dan meluruskan suami. Agar biduk rumah tangga tidak terseret arus yang bermuara ke jurang neraka.
ummu jamil kan binti harb, bukan umayyah, cmiiw,.
BalasHapusSubhanallah, semoga terus terjadi inspirasi
BalasHapus# Aamiin