Kamis, 23 Juli 2015

Kisah Waraqah bin Naufal

Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, sebenarnya bukanlah termasuk sahabat Nabi SAW dan bukan  pula pemeluk Islam, tetapi bisa dikatakan ia telah "membenarkan" Islam dan Nabi SAW sebelum agama Islam didakwahkan secara "resmi" oleh Rasulullah SAW. Waraqah masih saudara sepupu Khadijah, istri kecintaan Nabi SAW, putra dari salah seorang paman Khadijah, Asad bin Abdul Uzza. Dia termasuk dari sedikit orang Arab yang orang yang beragama Nashrani, bahkan punya keahlian menulis buku dalam bahasa Ibrani, termasuk menulis (menyalin) Injil. Waraqah berperan penting menentramkan Nabi SAW ketika beliau pertama kali memperoleh wahyu.
Beberapa tahun sebelum berusia 40 tahun, Nabi SAW sering mengasingkan diri ke Gua Hira untuk merenungkan berbagai macam hal, termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik kenyataan. Beliau membawa bekal secukupnya, yang biasanya cukup untuk satu bulan di dalam gua Hira. Setelah bekalnya habis, beliau kembali ke rumah di Makkah. Setelah beberapa hari di rumah, beliau kembali lagi ke Gua Hira meneruskan "uzlah" dan perenungan beliau.
Setelah genap berusia 40 tahun (dalam hitungan qomariah/hijriah), beliau memperoleh impian yang mirip dengan suasana fajar menyingsing di waktu subuh. Mimpi yang mirip seperti itu berulang-ulang datang selama enam bulan, sampai akhirnya beliau didatangi Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang pertama, al Iqra', yakni surat al Alaq ayat 1-5.
Suatu malam ketika di gua Hira, ketika itu hari senin tanggal 21 Ramadhan (sebagian pendapat menyatakan  tanggal 17, 18 atau 7 Ramadhan), Nabi SAW didatangi sosok, yang kemudian dikenali sebagai Malaikat Jibril, yang berkata kepada beliau, "Bacalah"
Beliau gemetar melihat kehadiran sosok Malaikat Jibril yang tidak/belum dikenalinya ini, dan berkata, "Saya tidak bisa membaca!!"
Memang Nabi SAW tidak mengerti baca tulis, karena itu beliau sering disebut dengan Nabiyyil Ummi (Nabi yang buta huruf). Malaikat Jibril memegang dan mendekap Nabi SAW hingga beliau merasa sesak. Kemudian melepaskannya lagi dan berkata, "Bacalah!!"
Nabi SAW berkata lagi, "Saya tidak bisa membaca…!!"
Sekali lagi Malaikat Jibril mendekap beliau hingga beliau merasa sesak, kemudian melepaskannya dan berkata, "Iqra' bismi rabbikalladzii kholaq, kholaqol insaana min alaq, Iqra' wa rabbukal akram, alladzii 'allama bil qolam, 'allamal insaana maa lam ya'lam." (QS al Alaq 1-5).
Artinya lebih kurang sebagai berikut : Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah menciptakan; Dia menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah; Yang mengajar dengan perantaraan kalam (pena); Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Itulah wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi SAW lewat Malaikat Jibril. Beliau mengulang kalimat-kalimat wahyu tersebut dengan lancar, walaupun dengan hati yang gemetar, kemudian Malaikat Jibril berlalu (menghilang). Beliau segera turun dari Gua Hira dan pulang ke Makkah. Badan beliau menggigil seperti orang yang terkena penyakit demam. Setelah bertemu istri beliau, Khadijah, beliau berkata, "Selimutilah aku, Selimutilah aku!!"
Khadijah menyelimuti beliau, dan setelah mulai tenang, beliau berkata, "Apa yang terjadi denganku?"
Kemudian beliau menceritakan semua peristiwa yang beliau alami di dalam Gua Hira malam itu, dan menutupnya dengan berkata, "Sesungguhnya aku mengkhawatirkan keadaan diriku sendiri..!!"
Khadijah dengan bijak berkata, "Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan dirimu selamanya, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan dan meringankan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran…!!"
Beberapa waktu/tahun sebelum pernikahannya dengan Muhammad SAW (saat itu belum menjadi Nabi SAW),  Khadijah pernah bermimpi, matahari turun dari langit ke atas Kota Makkah, kemudian matahari itu meluncur masuk ke rumahnya, dan menerangi seluruh penjuru rumahnya, dan juga lingkungan sekelilingnya. Mimpi yang begitu berkesan tersebut diceritakan kepada saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal, dan ia berkata, "Sungguh akan turun (datang) seorang nabi dari Kota Makkah, dan engkau (Khadijah) akan menjadi istrinya, dan nabi tersebut akan menyampaikan dakwah dari dalam rumahmu…!!"
Dengan cerita yang disampaikan Nabi SAW itu, segera saja Khadijah teringat akan impiannya belasan tahun  sebelumnya. Ia mengajak Nabi SAW untuk menemui Waraqah bin Naufal, yang saat itu usianya telah sangat lanjut dan matanya telah buta. Setelah bertemu, Khadijah berkata, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini (yakni Muhammad SAW)!!"
Waraqah berkata kepada Nabi SAW, "Apa yang telah engkau lihat, wahai anak saudaraku??"
Nabi SAW menceritakan secara detail pengalaman beliau ketika didatangi sosok (Malaikat Jibril) di Gua Hira. Mendengar cerita tersebut, Waraqah berkata dengan rona wajah gembira, "Itu adalah Namus (yakni, Malaikat Jibril) yang diturunkan Allah kepada Musa!! Andai saja aku masih muda ketika masa itu tiba…andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu..!!"
Matanya yang telah memutih dan buta tersebut tampak berbinar-binar penuh harapan. Nabi SAW berkata, "Benarkah mereka akan mengusirku??"
"Benar, tak seorangpun yang membawa seperti apa yang engkau bawa, kecuali dia akan dimusuhi…" Kata Waraqah, matanya yang buta tampak menerawang jauh, kemudian berkata lagi, "Andai saja aku masih hidup pada masamu nanti (diangkat menjadi Rasul), tentu aku akan membantumu dengan sungguh-sungguh…!!"
Nabi SAW menjadi lebih tenang dengan penjelasan Waraqah bin Naufal.
Beberapa waktu (bulan) berselang, wahyu tersebut seakan terputus dan beliau menjadi bimbang. Pada dasarnya, Nabi SAW sangat tidak suka dengan penyair dan syair-syairnya. Ketika wahyu pertama tersebut terputus seakan tidak ada kelanjutannya, beliau berfikir jangan-jangan itu sekedar syair semata, sebagaimana syair-syair yang disenandungkan oleh kaum Quraisy, dan hal itu menyebabkan beliau sangat gelisah.
Dalam puncak kegelisahan tersebut, beliau ingin mati saja dengan menerjunkan diri dari puncak gunung yang tinggi. Beliau mendaki sebuah gunung, tetapi belum jauh mendaki, tiba-tiba terdengar suara dari langit, "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah, dan aku adalah Jibril…!!"
Beliau mendongakkan kepala ke langit, dan di sana beliau melihat Jibril dalam rupa seorang lelaki dengan wajah sangat berseri, kedua kakinya menapak di ufuk langit. Sekali lagi Jibril berkata, "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah, dan aku adalah Jibril…!!"
Nabi SAW hanya terdiam dalam kebingungan, kaki beliau seakan terpaku ke bumi, tidak bisa bergerak maju ataupun mundur. Setiap kali beliau berpaling ke arah langit yang lain, sosok Jibril tersebut telah ada di sana dengan tersenyum kepada beliau. Peristiwa tersebut berlangsung beberapa waktu (jam) lamanya, setelah Malaikat Jibril telah benar-benar lenyap (pergi) dari ufuk langit, barulah beliau bisa menggerakkan kaki dan beliau segera pulang  ke Makkah.
Sementara itu di Makkah, Khadijah merasa kehilangan Nabi SAW. Ia telah mengutus beberapa orang untuk mencari keberadaan beliau di Makkah dan sekitarnya tetapi mereka tidak bisa menemukan beliau. Setelah para pencari tersebut pulang dengan  tangan hampa dan kembali ke rumahnya masing-masing, barulah Nabi SAW sampai di rumah, dan beliau langsung duduk di paha Khadijah dan bersandar kepada istrinya tercinta tersebut. Khadijah berkata, "Darimana saja engkau, wahai Abul Qasim? Sungguh aku telah mengirim beberapa orang untuk mencarimu ke Makkah dan sekitarnya, tetapi mereka pulang dengan tangan hampa…!!"
Nabi SAW menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan lengkap. Setelah Nabi SAW tertidur karena cape, Khadijah segera menemui Waraqah dan menceritakan pengalaman Nabi SAW tersebut. Dengan gembira Waraqah berkata, "Mahasuci, Mahasuci, demi jiwa Waraqah yang ada di Tangan-Nya, Namus yang besar, yang pernah datang  kepada Musa kini benar-benar telah datang kepadanya (lagi), dia (Muhammad SAW) adalah benar-benar nabi umat ini…!! Katakan kepadanya agar ia berteguh hati..!!"
Khadijah segera kembali ke rumah. Setelah Nabi SAW bangun dari tidurnya, Khadijah berkata, "Bergembiralah anak pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi diri Khadijah yang berada di Tangan-Nya, aku benar-benar berharap engaku akan menjadi nabi dari umat ini…!!"
Beberapa waktu kemudian, ketika Nabi SAW bertemu langsung dengan Waraqah bin Naufal, beliau menceritakan pengalaman beliau tersebut, dan sekali lagi Waraqah berkata dengan gembira, "Demi diri Waraqah yang ada di Tangan-Nya, engkau adalah benar-benar nabi umat ini. Namus yang besar  telah datang kepadamu, sebagaimana ia pernah datang kepada Musa…!!"
Sayangnya, sebelum turunnya wahyu kedua, Surat al Muddatstsir ayat 1-7, yang memerintahkan Nabi SAW  untuk mulai mendakwahkan agama baru, Risalah Islamiyah, Waraqah bin Naufal telah berpulang ke rahmatullah.
Sungguh tidaklah salah bila kita katakan, Waraqah telah membenarkan dan menjadi Islam sebelum agama Islam itu sendiri didakwahkan…Wallahu A'lam

1 komentar: