Waraqah bin Naufal bin Asad bin
Abdul Uzza, sebenarnya bukanlah termasuk sahabat Nabi SAW dan bukan pula pemeluk Islam, tetapi bisa dikatakan ia
telah "membenarkan" Islam dan Nabi SAW sebelum agama Islam
didakwahkan secara "resmi" oleh Rasulullah SAW. Waraqah masih saudara
sepupu Khadijah, istri kecintaan Nabi SAW, putra dari salah seorang paman
Khadijah, Asad bin Abdul Uzza. Dia termasuk dari sedikit orang Arab yang orang
yang beragama Nashrani, bahkan punya keahlian menulis buku dalam bahasa Ibrani,
termasuk menulis (menyalin) Injil. Waraqah berperan penting menentramkan Nabi
SAW ketika beliau pertama kali memperoleh wahyu.
Beberapa tahun sebelum berusia 40
tahun, Nabi SAW sering mengasingkan diri ke Gua Hira untuk merenungkan berbagai
macam hal, termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik kenyataan. Beliau membawa
bekal secukupnya, yang biasanya cukup untuk satu bulan di dalam gua Hira.
Setelah bekalnya habis, beliau kembali ke rumah di Makkah. Setelah beberapa
hari di rumah, beliau kembali lagi ke Gua Hira meneruskan "uzlah" dan
perenungan beliau.
Setelah genap berusia 40 tahun
(dalam hitungan qomariah/hijriah), beliau memperoleh impian yang mirip dengan
suasana fajar menyingsing di waktu subuh. Mimpi yang mirip seperti itu
berulang-ulang datang selama enam bulan, sampai akhirnya beliau didatangi
Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang pertama, al Iqra', yakni surat al Alaq ayat 1-5.
Suatu malam ketika di gua Hira,
ketika itu hari senin tanggal 21 Ramadhan (sebagian pendapat menyatakan tanggal 17, 18 atau 7 Ramadhan), Nabi SAW
didatangi sosok, yang kemudian dikenali sebagai Malaikat Jibril, yang berkata
kepada beliau, "Bacalah"
Beliau gemetar melihat kehadiran
sosok Malaikat Jibril yang tidak/belum dikenalinya ini, dan berkata, "Saya
tidak bisa membaca!!"
Memang Nabi SAW tidak mengerti baca
tulis, karena itu beliau sering disebut dengan Nabiyyil Ummi (Nabi yang buta
huruf). Malaikat Jibril memegang dan mendekap Nabi SAW hingga beliau merasa
sesak. Kemudian melepaskannya lagi dan berkata, "Bacalah!!"
Nabi SAW berkata lagi, "Saya
tidak bisa membaca…!!"
Sekali lagi Malaikat Jibril
mendekap beliau hingga beliau merasa sesak, kemudian melepaskannya dan berkata,
"Iqra' bismi rabbikalladzii kholaq, kholaqol insaana min alaq, Iqra' wa
rabbukal akram, alladzii 'allama bil qolam, 'allamal insaana maa lam
ya'lam." (QS al Alaq 1-5).
Artinya lebih kurang sebagai
berikut : Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah menciptakan; Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah; Yang
mengajar dengan perantaraan kalam (pena); Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Itulah wahyu pertama yang
diturunkan Allah kepada Nabi SAW lewat Malaikat Jibril. Beliau mengulang
kalimat-kalimat wahyu tersebut dengan lancar, walaupun dengan hati yang
gemetar, kemudian Malaikat Jibril berlalu (menghilang). Beliau segera turun
dari Gua Hira dan pulang ke Makkah. Badan beliau menggigil seperti orang yang
terkena penyakit demam. Setelah bertemu istri beliau, Khadijah, beliau berkata,
"Selimutilah aku, Selimutilah aku!!"
Khadijah menyelimuti beliau, dan
setelah mulai tenang, beliau berkata, "Apa yang terjadi denganku?"
Kemudian beliau menceritakan semua
peristiwa yang beliau alami di dalam Gua Hira malam itu, dan menutupnya dengan
berkata, "Sesungguhnya aku mengkhawatirkan keadaan diriku
sendiri..!!"
Khadijah dengan bijak berkata,
"Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan dirimu selamanya, karena
engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan dan meringankan beban
orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang
menegakkan kebenaran…!!"
Beberapa waktu/tahun sebelum
pernikahannya dengan Muhammad SAW (saat itu belum menjadi Nabi SAW), Khadijah pernah bermimpi, matahari turun dari
langit ke atas Kota Makkah, kemudian matahari itu meluncur masuk ke rumahnya,
dan menerangi seluruh penjuru rumahnya, dan juga lingkungan sekelilingnya.
Mimpi yang begitu berkesan tersebut diceritakan kepada saudara sepupunya,
Waraqah bin Naufal, dan ia berkata, "Sungguh akan turun (datang) seorang
nabi dari Kota Makkah, dan engkau (Khadijah) akan menjadi istrinya, dan nabi
tersebut akan menyampaikan dakwah dari dalam rumahmu…!!"
Dengan cerita yang disampaikan Nabi
SAW itu, segera saja Khadijah teringat akan impiannya belasan tahun sebelumnya. Ia mengajak Nabi SAW untuk
menemui Waraqah bin Naufal, yang saat itu usianya telah sangat lanjut dan
matanya telah buta. Setelah bertemu, Khadijah berkata, "Wahai anak
pamanku, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini (yakni Muhammad
SAW)!!"
Waraqah berkata kepada Nabi SAW,
"Apa yang telah engkau lihat, wahai anak saudaraku??"
Nabi SAW menceritakan secara detail
pengalaman beliau ketika didatangi sosok (Malaikat Jibril) di Gua Hira.
Mendengar cerita tersebut, Waraqah berkata dengan rona wajah gembira, "Itu
adalah Namus (yakni, Malaikat Jibril) yang diturunkan Allah kepada Musa!! Andai
saja aku masih muda ketika masa itu tiba…andai saja aku masih hidup ketika
kaummu mengusirmu..!!"
Matanya yang telah memutih dan buta
tersebut tampak berbinar-binar penuh harapan. Nabi SAW berkata, "Benarkah
mereka akan mengusirku??"
"Benar, tak seorangpun yang membawa
seperti apa yang engkau bawa, kecuali dia akan dimusuhi…" Kata Waraqah,
matanya yang buta tampak menerawang jauh, kemudian berkata lagi, "Andai
saja aku masih hidup pada masamu nanti (diangkat menjadi Rasul), tentu aku akan
membantumu dengan sungguh-sungguh…!!"
Nabi SAW menjadi lebih tenang
dengan penjelasan Waraqah bin Naufal.
Beberapa waktu (bulan) berselang,
wahyu tersebut seakan terputus dan beliau menjadi bimbang. Pada dasarnya, Nabi
SAW sangat tidak suka dengan penyair dan syair-syairnya. Ketika wahyu pertama
tersebut terputus seakan tidak ada kelanjutannya, beliau berfikir jangan-jangan
itu sekedar syair semata, sebagaimana syair-syair yang disenandungkan oleh kaum
Quraisy, dan hal itu menyebabkan beliau sangat gelisah.
Dalam puncak kegelisahan tersebut,
beliau ingin mati saja dengan menerjunkan diri dari puncak gunung yang tinggi.
Beliau mendaki sebuah gunung, tetapi belum jauh mendaki, tiba-tiba terdengar
suara dari langit, "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah, dan aku
adalah Jibril…!!"
Beliau mendongakkan kepala ke
langit, dan di sana
beliau melihat Jibril dalam rupa seorang lelaki dengan wajah sangat berseri,
kedua kakinya menapak di ufuk langit. Sekali lagi Jibril berkata, "Wahai
Muhammad, engkau adalah Rasul Allah, dan aku adalah Jibril…!!"
Nabi SAW hanya terdiam dalam
kebingungan, kaki beliau seakan terpaku ke bumi, tidak bisa bergerak maju
ataupun mundur. Setiap kali beliau berpaling ke arah langit yang lain, sosok
Jibril tersebut telah ada di sana
dengan tersenyum kepada beliau. Peristiwa tersebut berlangsung beberapa waktu
(jam) lamanya, setelah Malaikat Jibril telah benar-benar lenyap (pergi) dari
ufuk langit, barulah beliau bisa menggerakkan kaki dan beliau segera
pulang ke Makkah.
Sementara itu di Makkah, Khadijah
merasa kehilangan Nabi SAW. Ia telah mengutus beberapa orang untuk mencari
keberadaan beliau di Makkah dan sekitarnya tetapi mereka tidak bisa menemukan
beliau. Setelah para pencari tersebut pulang dengan tangan hampa dan kembali ke rumahnya
masing-masing, barulah Nabi SAW sampai di rumah, dan beliau langsung duduk di
paha Khadijah dan bersandar kepada istrinya tercinta tersebut. Khadijah
berkata, "Darimana saja engkau, wahai Abul Qasim? Sungguh aku telah
mengirim beberapa orang untuk mencarimu ke Makkah dan sekitarnya, tetapi mereka
pulang dengan tangan hampa…!!"
Nabi SAW menceritakan peristiwa
yang dialaminya dengan lengkap. Setelah Nabi SAW tertidur karena cape, Khadijah
segera menemui Waraqah dan menceritakan pengalaman Nabi SAW tersebut. Dengan
gembira Waraqah berkata, "Mahasuci, Mahasuci, demi jiwa Waraqah yang ada
di Tangan-Nya, Namus yang besar, yang pernah datang kepada Musa kini benar-benar telah datang
kepadanya (lagi), dia (Muhammad SAW) adalah benar-benar nabi umat ini…!!
Katakan kepadanya agar ia berteguh hati..!!"
Khadijah segera kembali ke rumah.
Setelah Nabi SAW bangun dari tidurnya, Khadijah berkata, "Bergembiralah
anak pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi diri Khadijah yang berada di
Tangan-Nya, aku benar-benar berharap engaku akan menjadi nabi dari umat
ini…!!"
Beberapa waktu kemudian, ketika
Nabi SAW bertemu langsung dengan Waraqah bin Naufal, beliau menceritakan
pengalaman beliau tersebut, dan sekali lagi Waraqah berkata dengan gembira,
"Demi diri Waraqah yang ada di Tangan-Nya, engkau adalah benar-benar nabi
umat ini. Namus yang besar telah datang
kepadamu, sebagaimana ia pernah datang kepada Musa…!!"
Sayangnya, sebelum turunnya wahyu
kedua, Surat al Muddatstsir ayat 1-7, yang memerintahkan Nabi SAW untuk mulai mendakwahkan agama baru, Risalah
Islamiyah, Waraqah bin Naufal telah berpulang ke rahmatullah.
Sungguh tidaklah salah bila kita
katakan, Waraqah telah membenarkan dan menjadi Islam sebelum agama Islam itu
sendiri didakwahkan…Wallahu A'lam
izin share
BalasHapusdan copy